Udah lama juga gak nulis disini, ini kayaknya postingan
pertama gw tahun ini.
Dan udah cukup lama juga gw gak nulis tentang sepakbola
disini.
Baiklah saatnya sotoy-menotoy disini.
Seperti yang semua tahu, persepakbolaan Indonesia lagi kusut
banget, ada 2 liga (yg satu blom mulai sih), lalu ada 2 orang yg mengaku
sebagai ketua umum PSSI. Situasinya emang bener-bener kusut.
ISL, liga yang menurut PSSI illegal udah berjalan sekitar
sebulan terakhir, dibandingkan dengan IPL yang liga resmi, ISL yang dikelola
oleh PT. LI terlihat jauh lebih siap dan professional dalam menjalankan liga di
republik ini. Mereka merencanakan semuanya dengan matang, terkonsep, jadwal
yang jelas dan (menurut gw) wasitnya juga mengalami peningkatan kuaitas
walaupun masih ada komplain tapi wasit sekelas Howard Webb pun pernah dikomplain.
Menurut berita yang ada IPL akan mulai bergulir tanggal 16
februari nanti, namun sampai kini kejelasannya masih simpang-siur. Klub yang
berpartisipasi pun juga gak jelas, se-gak jelasnya jalan Jakarta pas banjir. :D
Ketidak jelasan liga yang katanya legal tersebut membuat
banyak klub yang pindah ‘kiblat’ ke kompetisi yang dikelola oleh PT. LI. Bahkan
laga perdana Divisi Utama mempertemukan dua ‘pembangkang’ yaitu PSCS Cilacap V
PSIS Semarang, jelas hal tersebut sebuah tamparan untuk orang-orang PSSI dalam
hal ini PT. LPIS, pihak yang mengelola liga legal.
Kejelasan sponsor pun semakin samar karena begitu banyaknya
bantahan dari pihak yang nama-nya disebut PSSI.
Posisi PSSI dan PT. LPIS kini pun jelas kalah telak dari
KPSI dan PT. LI-nya.
Tanpa bermaksud meremehkan, kualitas ISL jelas jauh diatas
IPL. Mulai dari pemain, pelatih, hingga pendukung atau penonton baik langsung
maupun dari TV, IPL kalah kelas. Alasan banyak klub yang pindah haluan ke
kompetisi yang dijalankan oleh PT. LI salah satunya adalah kualitas, bahkan
klub asal kota madiun lebih memilih berkompetisi di bawah PT. LI karna desakan
warga madiun yang menginginkan tontonan yang berkualitas.
Sepakbola memang seharusnya tentang kualitas sebuah tim
dalam pertandingan 90 menit. Akan baik untuk timnas jika memiliki pemainyang
bermain di-level kualitas yang tinggi karna sesungguhnya output dari liga
adalah input buat timnas.
Tapi disini, di negeri yang ketua umum-nya sama terkenalnya
dengan bintang sepakbola lokal hal tersebut ada diurutan selanjutnya.
Bahkan kita harus mempermalukan diri sendiri dengan membawa
aib ini keluar negri, ke Malaysia kawan. MoU yang disepakati oleh PSSI dan KPSI
ditandatangani di Malaysia.
Semoga saja benang kusut ini cepat terurai, karna
sesungguhnya kepentingan golongan tidak boleh berada diatas kepentingan orang
banyak.
Hiduplah Indonesia Raya…








0 komentar:
Posting Komentar