Kamis, 22 Mei 2014

"Some people believe football is a matter of life and death, i'm very dissapointed with that attitude. I can assure you it is much, much more important than that."    - Bill Shankly -





Sepakbola adalah olahraga yang bisa dibilang paling populer di muka bumi, tak ada hitungan pasti berapa persisnya jumlah penggemar olahraga ini. Namun anda bisa mengira – ngira jumlahnya dari antusiasnya orang – orang tiap kali olahraga ini dipentaskan, entah di stadion megah nan mewah atau di lapangan tanpa rumput yang berdebu dan berbatu, penontonnya tak pernah sepi.

Tak ada catatan jelas yang mampu mendeskripsikan kapan pertama kalinya olahraga ini dimainkan ataupun siapa yang pertama kali memainkannya. Ada yang mencatat olahraga ini terilhami dari kegiatan bangsa tiongkok entah dari dinasti apa pada ribuan tahun yang lalu. Entahlah, saya sendiri enggan untuk mencari lebih jauh tentang cikal bakal olahraga ini. 

Tapi para penganut ajaran olahraga ini percaya bahwa olahraga ini terlalu sempurna jika berasal dari hasil buah pikir manusia, muskil rasanya manusia fana yang menciptakan olahraga ini.  Saya berada dalam barisan yang percaya teori tersebut.

Buat saya sepakbola adalah oase, penyegar dan penyemangat. Saya lupa pertandingan apa yang pertama kali saya tonton, namun kini olahraga ini sudah mendarah daging dalam hidup saya. Saya akan melakukan apa saja hanya untuk menyaksikan sepakbola, terlebih jika klub kesayangan saya yang bertanding. Saya pernah berjalan cukup jauh dari rumah menuju ke sebuah pos satpam suatu kantor pada dini hari hanya untuk menonton pertandingan babak 16 besar Liga Champions Eropa antara AC Milan vs Arsenal karena listrik di rumah saya padam, meskipun  AC Milan klub idola saya pada akhirnya kalah tak pernah ada penyesalan dalam diri saya melakukan hal tersebut.

Saya juga  sering melanggar anjuran Bang Haji Rhoma Irama untuk tidak begadang, maaf Bang Haji saya akan dengan hati senang  mengikuti anjuran anda untuk tidak Judi, tidak Miras dan selalu Lari Pagi tapi jangan minta saya untuk tidak begadang menonton bola karena itu sungguh Ter.. La... Lu.

AC Milan dan Liverpool adalah klub idola saya. Terlalu banyak ? Labil ? Tak berpendirian ? biarlah, toh tak ada aturan berapa banyak klub yang boleh didukung oleh seseorang.

Saya jatuh cinta pada AC Milan pada akhir 90-an, saat itu Liga Italia adalah liga terbaik di dunia. AC Milan adalah klub Italia dengan koleksi piala cukup banyak, saya masih belum akil baligh ketika memutuskan menjadi Milanisti, jangan tanya kenapa saya bisa jatuh cinta dengan klub kota mode itu, karena semua terjadi begitu saja, tanpa alasan dan tanpa syarat. Love at the first sight ? mungkin tapi saya juga tak ingat kapan pertama kali saya menonton pertandingan mereka, ahh.. sudahlah jangan banyak bertanya, yang pasti cinta saya pada AC Milan tanpa alasan dan terjadi begitu saja, dulu, saat ini hingga esok nanti.

Bagaimana dengan Liverpool ? oke saya punya cerita sedikit asal mula kenapa saya menjadi fan Liverpool, semua berawal dari satu nama Michael Owen. Saat itu piala dunia 98 sedang berlangsung di prancis, pada babak perdelapan final dan Inggris negara asal Owen bertanding melawan Argentina, dalam pertandingan tersebut adalah banya kejadian yang menjadi highlight, pertengkaran tolol antara Diego Simeone vs David Beckham, penalti penuh kontroversi dan yang paling menjadi atensi saya adalah gol anak muda bernama Michael Owen yang melakukan solo run melewati Jose Chamot dan Roberto Ayala sebelum akhirnya mencetak gol ke gawang Carlos Roa. Owen seolah ingin membalas luka yang ditorehkan oleh Maradona pada negaranya saat piala dunia berlangsung di Mexiko tahun 86. Anda bisa melihat seluruh kejadian yang saya sebutkan tadi di You Tube jika kuota internet anda menyanggupinya. Setelah saya tahu Owen adalah bagian dari Anfield Gank, saat itu juga saya memutuskan untuk berada dalam barisan penganut ajaran Merseyside Merah sampai hari ini.

Hingga kini saya masih sangat rutin menyaksikan sepakbola, entah itu awal pekan, tengah pekan terlebih lagi akhir pekan. Saya selalu berusaha untuk menyaksikan pertandingan sepakbola. Rasanya saya akan sakaw jika tidak menyaksikan pertandingan sepakbola dalam waktu yang cukup lama. Ada rasa ketergantungan yang tinggi terhadap sepakbola dalam diri saya, saya yakin tidak ada satu pun panti rehabilitasi yang mampu mengatasi kecanduan saya terhadap sepakbola sekalipun ada saya tidak akan pernah datang kesana, tidak akan.

Karena saya sangat cinta sepakbola, meskipun ia tak selalu menjanjikan kebahagiaan (baca : kemenangan) tiap kali pertandingan, tapi percayalah saya akan selalu kembali kesana, mendukung tim – tim idola saya bertanding meskipun pada pertandingan sebelumnya mereka mengecewakan saya dengan bermain buruk dan kalah. Saya tak akan pernah berpaling ke lain hati.

Karena sesungguhnya cinta adalah saat romansa, rasa sayang dan semangatmu padanya telah hilang namun kau tetap perduli padanya.

 



Minggu, 18 Mei 2014

Mission Accomplished

Posted by Ryan 03.45








Liverpool musim ini menjalani musim yang sangat luar biasa, tak ada satupun orang yang menyangka bahwa Liverpool dapat bersaing di jalur juara pada awal musim. 

Tak berhasilnya Liverpool mendatangkan pemain dengan predikat bintang pada awal musim menjadi salah satu pemicu tak diperhitungkannya Liverpool untuk bersaing dengan tim – tim lain untuk meraih juara. Ya, pada awal musim Liverpool hanya mendatangkan pemain – pemain yg kurang terkenal. 

Nama – nama seperti Iago Aspas, Luis Alberto dan lainnya pastinya kalah tenar jika dikomparasikan dengan nama – nama seperti Mesut Ozil yang didatangkan Arsenal dari Real Madrid dan Alvaro Negredo yang didatangkan The Citizen. 

Kembali gagalnya Liverpool bermain di kompetisi Liga Champions menjadi salah satu alaan keengganan pemain besar bermain di Anfield.

Namun ada hal yang dilupakan oleh banyak orang pada awal musim, bahwa sesungguhnya Liverpool sudah diisi oleh pemain dengan label bintang. Luis Suarez, Stevie G, Lucas Leiva, Daniel Stturidge adalah pemain dengan skill mumpuni berlabel bintang. Ditambah lagi dengan semakin matangnya pemain – pemain yang promosi dari akademi macam Raheem Sterling dan Jon Flanagan membuat skuad Liverpool semakin baik secara tim. 

Liverpool mengawali musim dengan target hanya kembali ke zona liga champions, kompetisi yang telah cukup lama tak diikuti oleh Anfield Gank. Target yang cukup realistis untuk klub yang pada musim sebelumnya hanya finis diperirngkat 7. Yupp.. Liverpool, klub Britania Raya yang telah 5 kali memenangkan gelar kompetisi tertinggi eropa (Yess, we won it five times :)) sudah beberapa musim melewati kompetisi tersebut. Kampanye target tersebut berjalan cukup baik karna pada saat natal anak asuh B-Rod berada dipuncak klasemen.

Pada paruh kedua musim 2013/2014 Liverpool menunjukkan konsistensinya dengan tetap berada di performa terbaiknya  untuk bersaing di papan atas klasemen. Bahkan Liverpool sempat strike kemenangan 11 kali beruntun yang membuat nama Liverpool mencuat menjadi penantang kuat meraih gelar juara liga, gelar yang sudah 24 tahun tak dimenangi mereka. Namun ketika musim sudah mendekati garis finish, performa Liverpool mulai limbung hal itu dimulai ketika Gerarrd cs kalah di kandang oleh Chelsea salah satu pesaing di jalur juara dan ditahan imbang 3-3 oleh Palace setelah sebelumnya unggul 3-0, iya.. Liverpool di’Istanbulkan’ oleh klub promosi tersebut. 

Dan akhirnya Liverpool mengakhiri musim pada peringkat 2 dengan selisih 2 poin dari The Citizen yang keluar sebagai juara BPL musim ini. Memang cukup menyakitkan terasa bagi fans Liverpool karena sebelumnya asa untuk juara sempat mengapung, namun jika kita melihat kembali target pada awal musim tak ada alasan bagi (saya) fans Liverpool untuk kecewa karena sesungguhnya target pada awal musim telah tercapai. Yess.. kita masuk kembali ke zona Champions League, hal yang menjadi magnet atau alasan bagi pemain hebat untuk berganti klub. 

Semoga saja pada jendela transfer nanti Liverpool mampu mendatangkan pemain bukan hanya dengan label bintang namun juga cocok dengan skema permainan Brendan Rodgers. 

Musim 2013/2014 telah berakhir dan klub Merseyside merah berada di urutan kedua.

Seperti yang saya ungkapkan tadi tak ada hal yang harus ditangisi dari gagal juaranya Liverpool musim ini.
Ya... tak ada hal yang membuat kita (saya) harus kecewa karena gagal juara karena  kita mengakhiri musim dengan predikat sangat baik karena misi awal musim tercapai. 

Mission Accomplished Mate...

Cheer Up..... :)))




 *foto diambil dari Daily Mail dan Tempo



  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube