Masih ingatkah kau dengan kebiasaanku saat sekolah dulu ?
Menelpon ke rumahmu dari wartel, menatap cemas pada
deret-deret angka yg terpampang di dinding KBU. Gelisah karna takut bukan
dirimu yg menjawab panggilanku. Serta resah karna aku masih ingin berbincang denganmu tapi uangku tak mampu
menyanggupinya.
Dan tahukah kau betapa bahagianya aku setelah itu,
perbincangan yg sebentar, kalimat yg terbata-bata, berpacu dengan putaran angka
pada argonya.
Sejujurnya aku merindukan masa-masa itu, saat dimana aku
menelponmu dari balik KBU warung telpon dekat rumahku, harap cemas menanti
siapa yg menjawab dan terbata-bata berbicara ketika tahu bahwa bukan kau yg
menjawab telponku.
Ahh..masa-masa itu sungguh indah, aku sungguh beruntung
pernah menikmati saat-saat itu.
Mencoba menjadi laki-laki sejati dengan berani (nekat
mungkin lebih tepatnya) menelpon ke rumahmu dengan kemungkinan orang tuamu yg
menjawabnya. Bukan dengan teknologi yg menyamarkan sikap jantan sang lelaki.
Aku bangga pernah mengalaminya.







0 komentar:
Posting Komentar