Jika anda pernah menonton film dengan judul yang sama
dengan judul tulisan ini maka anda akan tahu intisari dari tulisan ini, namun
jika belum maka anda harus menuntaskan membaca dtulisan ini hingga akhir.
Pada film yang dibintangi oleh Mark Walhberg dan Will
Ferrell ini bercerita tentang 2 orang detektif yg dianggap sebagai “pecundang”
oleh teman – teman di divisi mereka, namun pada akhir cerita mereka berhasil
membuktikan bahwa mereka adalah detektif yang cerdas.
Namun subjek yang menjadi bahan utama dalam tulisan ini
adalah bukan mereka melainkan Indra Sjafrie, Pelatih tim nasional sepakbola
U-19. Pelatih yang menghadirkan gelar juara piala AFF pertama bagi indonesia,
meskipun ia melakukannya pada kelompok umur namun hal tersebut menjadi pelepas
dahaga prestasi sepakbola bangsa ini dalam 20 tahun terakhir.
Sebelum AFF U-19 yang digelar di jawa timur, nama Indra
Sjafrie terdengar asing dan kalah tenar jika dibandingkan dengan pelatih timnas
di kelompok umur yang lain macam Rahmad Darmawan (U-23) dan Jacksen F. Tiago
(Senior). Namun kini ia menjadi pelatih dengan CV melatih timnas paling
mentereng jika dibandingkan dengan nama diatas.
Sebelum medali emas piala AFF, Indra Sjafrie juga memberikan
gelar bagi indonesia pada turnamen HKFA di hongkong. Pria berdarah minang ini
juga berhasil menemukan bakat – bakat asli kelahiran ibu pertiwi, dari ujung
barat sampai ujung timur indonesia.
Dan untuk anda ketahui, semua prestasi dan kebanggan yang
telah ia berikan pada negara ini ia lakukan meskipun negara (PSSI/BTN) tidak
memberikan hak – haknya (saat itu) dalam bentuk gaji untuk waktu yang cukup
lama (kurang lebih setahun) dan bahkan terdengar kabar ia akan dipecat beberapa
saat sebelum piala AFF lalu. Namun ia tetap menunaikan tugasnya sebagai seorang
pelatih meskipun dengan situasi seperti itu. Indra Sjafrie secara tidak
langsung telah menunjukkan kepada kita semua (terutama untuk anak asuhnya)
bahwa menjadi bagian dari tim nasional adalah sebuah kebanggaan, kehormatan
yang akan sangat bernilai besar. Ia menjalankan dengan penuh jiwa ksatria
kalimat “Jangan tanya apa yang bisa negara berikan padamu, namun tanya apa yang
bisa kau berikan untuk negaramu”. Kalimat
yang sempat diucapkan oleh John F. Kennedy pada pidato pertamanya sebagai
presiden USA tersebut menjadi gambaran betapa mengabdi kepada negara adalah
sebuah perkara lain dan Indra Sjafrie menjalankan hal tersebut dengan sangat
baik. Ia juga berhasil menanamkan kebanggaan dalam menggunakan seragam timnas
pada anak asuhnya yang memang masih labil secara usia. Ia mengajarkan
keberanian, semangat juang dan rasa syukur kepada Hargianto dkk dengan sangat
baik. (anda bisa melihat hal tersebut saat mereka melawan korsel)
Hal lain yang membuat ia berbeda adalah pengajarannya
pada para pemain timnas tentang rasa syukur. Anda bisa mengetahui itu dari
selebrasi sujud syukur mereka yang sangat fenomenal tiap mereka mencetak gol.
Indra Sjafrie telah menunjukkan pada masyarakat sepakbola
indonesia bahwa kita bisa menjadi juara, bisa mengalahkan kekuatan yang lebih
besar.
Indra Sjafrie adalah sosok “Other Guy” yang benar – benar
membuka mata kita semua tentang potensi, bakat dan kemampuan aset bangsa dalam
membanggakan negaranya.
Terima kasih Coach, untuk bibit muda sepakbola negeri
ini, untuk pembelajaran menjadi petarung yang pandai bersyukur dan tentunya
untuk semua pengabdian dan prestasi yang telah kau berikan pada negeri ini.
Untuk mengakhiri tulisan ini, saya akan mengutip narasi
yang terdapat pada bagian akhir dari film The Other Guy.
“Let’s be honest, we all want to be a star and hotshot,
but guess what ?. The people do the real work and make the difference, you
don’t see on the tv or front page. Come on man, you know who am i talking
about. The Other Guy.”









