Piala
Dunia U-20 yang sedang berlangsung di Turki telah memasuki babak perempat
final. Dari sekian negara peserta yang tersisa ada satu negara yang cukup
menarik perhatian saya, yaitu Iraq.
Ya,
Iraq negeri seribu satu malam. Negeri yang porak poranda karena perang.
Para
pemainnya yang rata – rata masih berusia belasan tahun ini mampu membawa
negaranya bertarung di Piala Dunia U-20. Anda bisa bayangkan seperti apa masa
kecil yang mereka lalui di negerinya. Penuh dengan desing suara peluru, bom dan
tangisan penuh luka.
Tapi
anak – anak muda iraq masih mampu membanggakan negaranya, berbakti untuk negara
yang masih trauma akan perang.
Pelatih
AL AZZAWI Hakeem berhasil memotivasi, mendidik dan mengeluarkan potensi terbaik
anak – anak iraq.
Mereka
menjalani babak grup piala dunia u-20 dengan rapor yang cukup mentereng.
Tergabung dalam grup E bersama Inggris, Chile dan Mesir Jawad Kadhim dkk
berhasil lolos ke babak Knock – Out dengan status sebagai Juara Grup. Mereka
menjalani laga perdana dengan sangat baik, melawan Inggris mereka bermain
dengan penuh determinasi, ngotot dan spartan. Meskipun mereka sempat tertinggal
2-0 sampai menit ke 52 namun mereka tak patah semangat. Perlahan – lahan mereka
mulai bangkit. Dimulai dari penalti yang mereka dapat pada menit 75 yang di
eksekusi oleh Ali Faez dengan baik lalu mereka membuat pemain masa depan negri
ratu elizabeth ini tertunduk lesu ketika Ali Adnan mencetak gol pada menit 93’.
Para pemain inggris yang dibina di Akademi sepakbola klub top EPL harus rela
berbagi angka dengan anak muda yang untuk berlatih saja mereka sulit karna
seringnya terjadi ledakan di negara mereka.
Mari
kita tengok apa yang terjadi di negara kita Indonesia. Untuk hal kedamaian
tentu kita jauh lebih beruntung dibandingkan dengan para pemain Iraq, tapi
dalam hal prestasi sepakbola harus diakui kita jauh tertinggal dari mereka.
Untuk level senior dan U-23 tidak ada prestasi yang dapat dipamerkan hingga
saat ini. Tahun lalu timnas senior gagal di piala AFF, yang skalanya hanya
asean. Bahkan kita harus susah payah mendapatkan satu angka dari Laos pada laga
pembuka, negara yang sebelumnya menjadi lumbung gol bagi striker indonesia.
Meskipun sempat menang dari singapura kita akhirnya gagal lolos karna kalah
dari malaysia dirumah mereka. Sebelumnya
timnas U-23 juga gagal di Sultan Hassanal Bolkiah Trophy, andik dkk kalah dari tuan rumah brunei
darussalam di final. Bahkan brunei kini
sudah bisa mengalahkan timnas indonesia. Anda bisa bayangkan Betapa “kurang
ajar”-nya mereka terhadap kita sekarang atau mungkin kita yang tidak
berkembang, ahh.. kita memang stagnan dalam beberapa tahun terakhir atas nama
sportivitas kita harus mengakuinya.
Perbandingan yang sangat jelas terlihat
dari kondisi negara dan prestasi sepakbola antara Indonesia dengan iraq. Di
Indonesia banyak pemain yang untuk hadir tepat waktu saat pemusatan latihan
saja sulit, padahl mereka tidak perlu mencari jalan yang aman dari serangan
bom, roket dan ranjau darat sisa – sisa perang seperti yang dilakukan anak muda
iraq. Mereka bisa fokus bermain tanpa perlu memikirkan kondisi keluarga mereka
seperti anak muda iraq. Semoga saja apa yang dilakukan oleh anak – anak muda
iraq dapat menjadi pembelajaran bagi para pemain muda indonesia untuk dapat
benar - benar ‘bertarung’ atas nama indonesia. Atau apakah perlu indonesia
mengalami apa yang dialami oleh iraq agar setiap warganya benar – benar mengabdi
bagi negaranya.
Semoga saja masa ini tak belangsung lama,
masa perang yang terjadi di Iraq. Semoga kedamaian yang sesungguhnya dapat
tercipta di negeri seribu satu malam tersebut. Dan juga masa kemarau prestasi
pada sepakbola indonesia dapat segera berakhir.
Terima Kasih
Nb : Sebelum tulisan ini di Posting Iraq U - 20 berhasil lolos ke Semi Final setelah menang adu penalti melawan Korea Selatan. Surprise? I think So... Selamat Buat Timnas U-20 Iraq.








