Dalam sebuah perjalanan yg panjang tentang keyakinan, manusia akan selalu bersinggungan dengan persimpangan yg akan mempertanyakan/menguji kembali keyakinannya. Persimpangan yg mengaburkan arah perjalanannya mengenai keyakinan.
Contoh sangat sederhana adalah tentang perjalanan yg akan ditempuh menuju sekolah, tempat kerja atau apapun itu. Begitu banyak cabang jalan yg akan ditemui, yg kadang mungkin menggoda untuk dicoba. Alasan dari mencoba arah baru tersebut tentu beragam, menghindari macet, jalannya lebih baik secara fisik atau mengelak dari petugas lalu lintas yg "licik".
Selalu ada alasan yg dirasa kuat untuk merubah rute perjalanan untuk meraih tujuan. Kadang bimbang menyelinap datang, berbisik busuk tentang arah & tujuan. Menguji seberapa besar keyakinan tentang pilihan yg telah diputuskan dengan pertanyaan - pertanyaan yg kadang terdengar menggelikan namun juga menguatkan.
Keyakinan adalah ruang dimana segala pertanyaan yg kadang sukar utk dicerna akal sehat hadir dengan menuntut jawaban.
Seperti Nabi Ibrahim yg dalam perjalanannya meyakini (ke)-Tuhan-(an), sang maha kuasa pemilik semesta.
Keyakinannya mengenai Tuhan diuji dengan pertanyaan (perintah lebih tepatnya) untuk menyembelih anaknya sendiri, Ismail. Nabi Ibrahim menerima perintah tersebut melalui mimpi (betulkan jika saya salah). Mimpi - mimpi yg hadir tiap malamnya.
Butuh waktu bagi Nabi Ibrahim untuk menafsirkan semua mimpinya itu & meneruskan ke anaknya sendiri bahwa ada perintah dari Tuhannya mengenai penyembelihan tersebut.
Kita semua tahu akhir dari cerita itu.
Atas keyakinannya yg kuat terhadap tujuan yg ia buat, Tuhan mengganti Ismail anaknya dengan domba. Sebuah peristiwa besar dalam sejarah umat (Muslim) dunia yg mengajarkan bahwa dalam proses perjalanan mencapai tujuan ada kepatuhan - kepatuhan yg harus dijalankan dengan penuh kerelaan.
Perintah penyembelihan adalah bagian dari persimpangan yg ditemui oleh Nabi Ibrahim dalam mencapai tujuan yg ia yakini, Allah SWT.
Simpang jalan yg cukup "menggelikan" tersebut berhasil di lewati dengan elegan oleh Nabi Ibrahim.
Dalam perjalanan, akan selalu ada simpang yg akan mempertanyakan arah & tujuan yg terkadang menuntut kita untuk melepaskan hal - hal yg dikira baik. Butuh jernihnya pikiran & kuatnya keyakinan utk mencerna setiap persimpangan yg ditemui.
Karna terkadang yg salah bukanlah arah yg dipilih namun bisa jadi tujuan yg telah ditentukan. Dalam proses untuk menemukan, akan banyak hal - hal baru yang hadir memberikan sudut pandangan berbeda mengenai tujuan yg telah ditetapkan. Yg bisa jadi akan menggeser tujuan lama dengan destinasi yg baru.
Dan saat itu terjadi, butuh kerelaan yg cukup besar untuk melepaskan hal yg dikira baik demi kebenaran (kebaikan) yg belum diketahui.
Setiap kehilangan pasti menyisakan ruang utk diratapi. Namun, meminjam frasa Adimas Imanuel, "setiap kehilangan bukan tentang kemungkinan bersedih karena tetapi kepastian berbahagia tanpa".
Setiap keyakinan yg dijatuhkan haruslah menghadirkan kebahagiaan sebagai lakon utamanya. Untuk apa melakukan perjalanan yg begitu melelahkan & melibatkan pertentangan jika bukan kebahagian yg menjadi ganjaran.
Yaa.... pada akhirnya setiap keyakinan yg diyakini haruslah berlandaskan tujuan akan kebahagiaan... yang hakiki.
Seberapa yakin kamu dengan keyakinan yg kamu yakini sekarang ?







0 komentar:
Posting Komentar