Malam ini ditemani dinginnya udara kota Malang, kubiarkan kenangan dari masa lampau datang merambati tiap ruas dinding kenangan.
Mengeja ulang tiap kata yg pernah terucap, janji yg sempat terikat. Melangkahi tiap sudut kota yg dulu kita singgahi. Tiap kata, janji & tempat itu menghajarku tanpa ampun, menenggelamkanku ke dalam rindu yg utk bernapas sejenakpun tak sanggup.
Tak banyak berubah, bahkan perasaan bahagia akan segera tiba sejak batas kota sudah mulai terasa. Kota yg ramai, ramah sapa warga yg gila sepakbola.
Tiap fragmen cerita persis mengulang semua tanpa cela, namun ada bagian - bagian yg tak berjalan sesuai skenario yg ada. Tak ada lagi kita, hanya kau & aku, yg dipisah tanda baca.
Dan kisah itupun kembali mendongeng dikepala.
Setelah jauh mengayuh, meyakini bahwa kita punya muara yg sama akhirnya takdir menghadapkan kita pada persimpangan yg membuat bimbang. Kita berdebat panjang, menentukan arah tujuan. Kayuh yg tak lagi seirama membuat perahu kita mudah diombang-ambingkan badai. Kita tak siap dalam sepakat & memilih berjalan secara terpisah.
Lihatlah... aku masih hapal betul tiap kata dalam skrip yg pernah kita tulis bersama. Skrip yg coba kita tulis dengan akhir yg bahagia, mungkin kau & aku akan bahagia pada akhirnya namun tidak lagi sebagai kita.
Terima Kasih, telah bersedia mengayuh bersama, berbagi cerita dalam lembaran-lembaran tulisan yg kita reka bahkan dengan derai air mata. Dan maaf utk waktu yg mungkin saja terbuang percuma saat kita bersama.
Semoga pada akhirnya kau & aku bisa bahagia, meski bukan sebagai kita.
Malang, 07 Februari 2017







0 komentar:
Posting Komentar