Sesak di dada masih kental terasa, malam itu sulit rasanya
untuk makanan tersuap. Berkali-kali dicoba tapi masih saja sulit. Padahal kau
duduk tepat disampingku, hanya berjarak beberapa jengkal saja, padahal momen
tersebut adalah saat yang ditunggu-tunggu dalam rindu beratus-ratus malam lalu.
Entah kenapa, malam itu ego begitu kuat bertahan diujung lidah menghalangi
semua kata-kata yang seharusnya terucap.
Sesak di dada masih pekat hingga membuatku tercekat,
mengingat kembali kenapa kita bisa berjalan berdampingan menyusuri pematang
kehidupan, melewati begitu banyak persimpangan kadang salah satu diantara kita
tergelincir karna lupa untuk berpegangan. Namun kita masih mampu untuk terus
berjalan karna genggaman yang saling menguatkan.
Sesak di dada masih saja terasa padahal telah ratusan hari
kita lewati dengan berjalan sendiri, seharusnya aku telah terbiasa. Namun saat
kaki tergelincir tangan ini masih saja spontan mencari pegangan, padahal aku
tahu tak ada lagi kamu.
Kini sesak di dada kembali terasa, tapi kini ia datang
dengan senyuman. Dari kejauhan tampak tanganmu kembali berpegangan. Menyusuri jalanmu
bersamanya dengan lebih riang, tenang & lapang.
Selamat menempuh perjalanan barumu, doa terbaik bersamamu
selalu....☺
Bekasi, 22 April 2017
Bekasi, 22 April 2017







0 komentar:
Posting Komentar