Suatu hari,
pas lagi scrolling timeline twitter, jari gw tiba2 berhenti pas ngebaca mention-an
salah satu pemain sepakbola nasional yg gw follow, dia mention vokalis
salah satu band besar indonesia yg kebetulan jg gw follow. Isinya sih
cuma banter (ejekan) biasa, kebetulan si pemain sepakbola pendukung sisi
biru kota Milan & si vokalis pendukung sisi merah kota Milan. Yg membuat gw
tertarik dengan cuitan tersebut adalah tanggapan si vokalis terhadap ejekan yg
dilontarkan oleh si pemain bola. Si pemain bola bilang kalo si vokalis salah
pilih team (di kota Milan) & si vokalis menjawab (menurut gw) dengan sangat
elegan, dia menjawab, “dalam cinta tak ada yang salah...”
Kalimatnya
gak terlalu panjang, tapi sukses bikin gw mikir.
Apa iya
dalam (jatuh) cinta tak ada yang salah ?.
Oiya...
kebetulan gw juga pendukung sisi merah kota milan (#ForzaMilan,
hahahaha...). gw juga gak tw pasti kenapa gw bisa jadi fans AC. Milan, waktu
itu gw masih cukup kecil untuk tw kalo gw jatuh cinta sama Rossoneri (Julukannya)
& akhirnya sampai sekarang. Selama belasan tahun gw jadi fans Milan,
gw pernah atau bahkan sering kecewa sama tim yang gw dukung, mulai dari kalah
mulu, ngejual pemain andalannya sampai gak pernah juara liga. Tapi semua
kekecewaan itu gak membuat gw lantas berpaling ke tim lain (di Liga Italia)
yang sering menang & juara. Gw udah jatuh hati (Raisa Kali aahh.. ) sama
AC. Milan, apapun yg terjadi gw tetap Milanisti (sebutan fans AC. Milan).
Ejekan –
ejekan dari temen yg kebetulan fans tim lain gak bikin iman gw goyah dan
berpaling dari ajaran Milan-iyah.
Balik lagi
ke pertanyaan di atas, Apa iya dalam cinta gak ada yang salah ?.
Ya...
menurut gw, dalam (jatuh) cinta gak ada yang salah. Yg salah adalah ketika kita
ngebiarin cinta ngatur kita & menjadi orang yg salah.
Tapi gimana
kalo cinta jatuh pada hati yg salah ?, org yg udah punya pacar, punya tunangan
atau bahkan yg lebih horor udah punya suami/istri & anak ? & dan rasa
cintanya udah kelewat jauh utk puter balik lagi.
Well... kalo
kata Presiden Jancukers Mbah Sudjiwo Tedjo, selamanya, mencinta itu adalah
takdir. Kau bisa berencana menikah dengan siapa saja, tapi tak bisa kau
rencanakan cintamu untuk siapa. Dannn... mungkin ada benarnya juga jawaban si
vokalis tadi, “dalam cinta tak ada yg salah”. Karna pada hakikatnya Cinta
adalah sesuatu yang tunggal & tak ada penyebab ikutan layaknya hal2
lain.
Cinta
terjadi begitu saja, it happens when it has to happens. Gak perduli
apakah cinta itu untuk org yang emang pas atau gak. Gak ngeliat umur, strata
sosial, apalagi (yg lebih spooky) status.
Yaa... Cinta
emang se-kurang ajar itu, gak pake salam, tiba2 langsung masuk ke ruang tengah.
Gak pake nanya dulu, udah punya pacar, tunangan atau istri/suami apa belum. Dan
sialnya yg kedatangan tamu bernama cinta harus siap nerima, dalam keadaan
apapun. Saat cinta datang, ia memaksa subjeknya untuk kreatif dalam mengartikan
kehadirannya, tanpa ada clue atau tanda2. Dan pada saat itulah si subjek harus
dengan sangat hati2 sekali dalam menafsirkan kehadiran cinta, karna jika salah
dalam mengartikannya maka patah hati adalah hukuman yang mutlak menanti untuk
dilalui. Itu sebabnya dalam jatuh cinta, jangan biarkan wanginya memabukkanmu.
Jatuh cintalah dengan menempatkan sedikit rasionalitas di dalamnya. jangan biarkan
akal sehatmu ikut larut dalam romansanya. Seperti org di dalam perahu yg
terbawa arus, biarkan ia membawamu kemana saja ia mw tapi jangan buang kayuhmu.
Karna itu adalah alat bagimu untuk kembali dari kekecewaan, dari patahnya
hati.
Akal sehat adalah
pintu keluar bagi setiap org yang jatuh cinta apapun kondisi yg dihadapi,
terlebih lagi patah hati menjadi bagian yg harus dilewati.
Seperti fans
klub sepakbola yg selalu patah hati tiap tim yg didukungnya kalah, akal
sehat menjadi medium untuk menilai klub yg kita dukung dengan cukup objektif.
Saat kalah ya kalah, tak ada kata kalah terhormat.
Begitu juga
dengan jatuh cinta, akal sehat membantu kita dalam proses mengikhlaskan
kegagalan yg terjadi, kegagalan dalam membuat cinta juga jatuh pada hati yg
dikehendaki.
Tak ada yg
sia – sia dengan kegagalan dalam jatuh cinta, kegagalan demi kegagalan yg
mungkin telah dilewati justru akan membuat kita semakin terlatih dalam
menafsirkan kehadirannya (bukan terlatih patah hati, patah hati kok dijadiin
hoby). Apakah itu hanya numpang lewat saja atau memang benar2 rasa yg harus
diperjuangkan, apapun resikonya.
Cinta adalah rasa yg penuh misteri, datangnya
tak seperti hujan yg selalu diawali dengan mendung.
Tapi seperti
hujan, kehadirannya selalu dinanti, walau terkadang hujan dapat menyebabkan
musibah2 ikutan yg mengakibatkan korban. Namun musibah2 itu justru disebabkan
oleh manusia sendiri bukan hal lain. Itu sebabnya cara kita menerima kehadiran
cinta menjadi sangat vital agar semua kegagalan dapat diminimalisir, walau
sulit dihindarkan.
Karena
sesungguhnya, dalam (jatuh) cinta tak ada yg salah. Yang salah adalah subjek yg
menerimanya.
FYI ; pemain
sepakbola yg saya sebut di awal td adalah Bambang Pamungkas & si
Vokalis adalah Akhdiyat Duta Modjo, vokalis Sheila On 7.